Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Tobat Adam dan Hawa diterima. Kesalahan mereka
diampuni. Adam dan Hawa merasa tenang. Ampunan Allah membuat hati mereka terasa
lega. Pengalaman itu menjadi pelajaran berharga. Adam dan Hawa sadar. Iblis
benar-benar musuh. Musuh yang harus senantiasa diwaspadai. Segala bujuk rayunya
mesti dijauhi. Hidup kekal ternyata muslihat iblis. Akibat terperdaya, kini
Adam dan Hawa harus pindah. Mereka tak bisa lagi tinggal di Surga. Allah
menyuruh mereka turun ke bumi. Sekarang, Adam dan Hawa tinggal di bumi.
Mengemban tugas menjadi khalifah. Namun, perseteruan iblis dan Adam terus
berlanjut. Iblis akan terus berusaha mewujudkan janjinya. Janji untuk
menyesatkan Adam.
Demikian, Adam
dan Iblis menjadi musuh bebuyutan. Permusuhan ini juga berlaku untuk keturunan
Adam dan iblis. Permusuhan akan terus berlangsung sampai hari kiamat.
Kenikmatan surga tinggal kenangan. Dulu, di surga serbaada. Mau makan tinggal
makan, mau minum tinggal minum. Namun di bumi, Adam dan Hawa tak bisa berpangku
tangan. Mencari sesuap nasi menjadi tugas. Mereka harus bekerja keras.
Saat diturunkan
ke bumi, Adam dan Hawa terpisah. Hawa diturunkan di daerah Jeddah, Saudi
Arabia. Kata Jeddah berarti nenek. Hawa adalah nenek seluruh umat manusia.
Sementara itu, Adam diturunkan di daerah Hindustan. Keduanya bertemu di Jabal
Rahmah di dataran Arafah. Oleh karena itu, Jabal Rahmah kerap dijadikan simbol
“cinta” oleh para peziarah. Perasaan bahagia begitu membuncah. Betapa tidak,
sekian lama berpisah akhirnya bertemu jua. Hidup menjadi lebih bersemangat.
Sekarang, keduanya bisa berkumpul lagi. Berjuang bersama lebih mudah daripada
sendiri-sendiri. Bisa saling menjaga, dan saling menasihati.
Anak-anak Nabi
Adam dan Hawa
Adam dan Hawa
hidup bersama lagi. Mereka adalah pasangan suami-istri pertama. Keduanya beranak-pinak.
Setiap kelahiran selalu kembar, laki-laki dan perempuan. Persalinan pertama,
lahirlah Qabil dan Iklima. Lalu, persalinan kedua, lahirlah Habil dan Labuda.
Adam dan Hawa sangat bahagia. Kehangatan keluarga semakin bertambah. Semua ini
berkat kehadiran anak-anak. Anak-anak menumbuhkan harapan. Ada penerus
perjuangan. Selanjutnya, anak-anak berketurunan lagi. Mereka melahirkan cucu
dan seterusnya. Jumlah keturunan Adam terus bertambah. Semakin lama semakin
banyak.
Qabil, Habil,
Iklima, dan Labuda beranjak remaja.Mereka tumbuh di bawah asuhan orang tua.
Sifat-sifat mereka mulai kelihatan. Qabil berperangai kasar, sedangkan Habil
berperangai santun. Iklima tumbuh menjadi gadis yang cantik, sedang Labuda
biasa-biasa saja. Tugas-tugas Adam dan Hawa mulai berkurang. Anak-anak mereka
sudah bisa diandalkan. Labuda dan Iklima membantu urusan rumah tangga,
sedangkan Qabil dan Habil menekuni bidang pertanian, sedangkan Habil di bidang
peternakan.
Dosa Anak Nabi
Adam
Keempat
putra-putri Adam tumbuh dewasa. Masing-masing sudah memiliki ketertarikan
terhadap lawan jenis. Allah kemudian memberi Adam petunjuk. Putra-putri Adam
harus segera dinikahkan. Dengan ketentuan, masing-masing tidak boleh dinikahkan
dengan saudara kembarnya. Artinya, Qabil harus menikahi Labuda, sedangkan Habil
harus menikahi Iklima.
Ketentuan itu
kemudian disampaikan. Adam berharap putra-putrinya tak keberatan sebab ini
merupakan ketentuan Allah. Tak boleh ada yang menolak. Semua pihak harus
setuju. Demikian, Adam memberi penegasan. Tak disangka, Qabil menolak ketentuan
itu. Ia bersikeras untuk menikah dengan Iklima, adik kembarnya. Iklima memang
gadis yang cantik. Qabil sangat tertarik. Dengan kata lain, Qabil menolak
dinikahkan dengan Labuda. Alasannya, Labuda tidak cantik. Qabil merasa lebih
berhak untuk menikahi Iklima. Toh, Iklima adalah adiknya sendiri. Qabil tidak
rela kalau Iklima dinikahi Habil.
Qabil
bersikukuh. Tegas-tegas, ia menolak dinikahkan dengan Iklima. Melihat gelagat
kurang baik ini, Adam berusaha mencari jalan keluar. Jalan keluar yang
disepakati oleh semua pihak. Tidak boleh ada pihak yang dikecewakan.
Perselisihan harus dihindarkan. Sebab, perselisihan akan mengusik ketenangan.
Akhirnya, Adam
mendapatkan jalan keluar. Menurut Adam, persoalan jodoh harus diserahkan kepada
Allah. Apa pun keputusan-Nya, semua harus pasrah. Adam mengusulkan agar Qabil
dan Habil berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ia berhak menikahi si
cantik, Iklima. Qabil dan Habil setuju. Mereka sepakat, yang menang itulah yang
berhak mendapatkan Iklima. Kemudian, masing-masing mempersiapkan diri. Qabil
semakin rajin. Setiap hari, ia mengurus ladangnya. Habil juga tak mau kalah. Ia
bertambah giat. Setiap hari, ia menggembalakan ternak-ternaknya.
Hari yang ditentukan
pun tiba. Qabil bergegas menuju ladang. Ladang gandumnya sangat lebat. Hasil
jerih payahnya selama ini. Timbullah sifat kikir dalam hati Qabil. Ia
memilih-milih gandum yang akan dijadikan kurban. Ia sengaja memilih gandum yang
kurang baik. Setelah karung terisi, Qabil membawanya ke sebuah bukit. Gandum
itu kemudian diletakkan di atas bukit itu. Di tempat yang berbeda, Habil juga
sedang sibuk. Ia berjalan ke sana kemari. Memilih-milih kambing yang paling
baik. kambing yang paling gemuk dan sehat. Setelah di dapat, Habil membawanya
ke bukit yang sama.
Qabil dan Habil
sudah meletakkan kurbannya. Dari tempat yang jauh, mereka memandangi bukit itu.
Mata mereka terus tertuju ke arah bukit. Anggota keluarga yang lain juga turut
menyaksikan. Hati mereka berdebar-debar. Kurban siapa gerangan yang akan
diterima?
Selang beberapa
saat, terlihat api besar turun dari langit. Api itu kemudian menyambar kambing.
Habil bersyukur, kurbannya diterima. Dalam tempo singkat kambing Habil pun
lenyap. Si jago merah melalapnya. Sementara itu, gandum Qabil masih utuh.
Sedikit pun tidak berkurang. Walhasil, Habil menjadi pemenang. Kurbannya
diterima. Sesuai dengan kesepakatan, ia berhak mempersunting si cantik Iklima.
Hati Habil berbunga-bunga, Ia sangat bahagia. Lain halnya dengan sang kakak.
Qabil merasa sangat kecewa. Kurbannya tak diterima, Ia gagal menikahi Iklima.
Qabil
tidak bisa menolak. Dengan perasaan kecewa, Ia menerima keputusan Habil
dinikahkan dengan Iklima. Qabil benar-benar kecewa, harapannya pupus. Dia tak bisa
menikah dengan Iklima. Kekecewaannya semakin menjadi-jadi. Lambat laun
tumbuhlah perasaan dengki. Dengki melahirkan dendam. Dendam memunculkan niat
jahat. Akhirnya, Qabil bertekad menghabisi Habil.Sebelumnya - Selanjutnya
0 komentar:
Post a Comment