Pembunuhan
Pertama di Dunia
Suatu ketika,
Adam hendak bepergian. Sebelum berangkat, Adam menyampaikan amanat kepada Qabil
untuk menjaga semua anggota keluarga. Kerukunan harus dipelihara. Qabil
mengangguk-angguk. Ia berjanji untuk menjalankan amanat itu dengan
sebaik-baiknya. Dalam hati, Qabil tertawa. Ia merasa senang. Senang bukan
karena mendapat kepercayaan dari sang ayah. Tetapi, ia merasa mendapat
kesempatan. Ya, kesempatan untuk membalas dendam.
Adam berangkat
dengan hati tenang. Dengan sepenuh hati, ia percaya kepada Qabil. Bagaimanapun
Qabil adalah anak sulung. Qabil yang dituakan. Tak lama setelah Adam berangkat,
Qabil bersiap-siap. Ia akan menyatroni peternakan. Sesampainya di sana, Qabil
segera menghampiri Habil.
"Aku
datang untuk membunuh kau!" Qabil menghardik penuh kebencian.
"Apa salah
saya? Mengapa kakak hendak membunuh saya?"
"Karena
kau telah merampas harapanku. Kau telah merebut Iklima."
"Allah
yang menentukan. Saya hanya berusaha."
"Saya juga
berusaha!" bentak Qabil.
"Ketahuilah
kakak, Allah hanya menerima kurban dari orang berhati tulus. Orang yang berhati
tulus akan memilih kurban yang paling baik. Kenapa kakak memilih gandum yang
busuk. Jelas saja, kurban kakak tidak diterima."
"Sudahlah!
Kau jangan nyerocos! Tidak usah repot-repot memberi nasihat. Aku tetap akan
membunuh kau!" kata Qabil berang.
"Bukannya
kakak juga telah setuju dengan penyelesaian seperti itu? Sadarlah, Kak. Kakak
jangan terperdaya oleh setan. Ingat, setan adalah musuh kita. Setan yang telah
mengakibatkan ayahanda dan ibunda keluar dari surga. Berpikirlah sebelum
bertindak, jangan sampai kakak menyesal kelak."
"Diam! Aku
akan membunuh kau!"
"Jika
kakak bersikeras, saya tidak akan membalas. Saya takut kepada Allah. Saya tidak
akan melakukan perbuatan zalim. Semua saya serahkan kepada Allah."
Masuk telinga
kiri, keluar telinga kanan. Nasihat Habil sama sekali tak ada artinya. Yang
terjadi malah Qabil semakin marah. Dendam semakin tak tertahan. Rasanya, ia
ingin segera menghabisi nyawa adiknya itu. Iblis tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu. Ia terus-menerus membisikkan kejahatan. Sebenarnya, Qabil
sendiri kebingungan. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Belum terpikirkan
bagaimana membunuh habil.
Saat Qabil
kebingungan, Iblis menjelma. Di hadapan Qabil, Iblis mencontohkan. Iblis
menghantam kepala seekor burung dengan batu. Darah segar muncrat. Kepala burung
itu pecah. Sesaat burung itu menggelepar-gelepar, lalu mati. Qabil mendapat
ide. Sekarang, ia tahu apa yang harus dilakukan. Tinggal menunggu saat yang
tepat. Saat itu, Habil sedang terlelap
tidur. Qabil berjalan. Ia menghampiri sang adik. Batu besar menghantam kepala
Habil. Saking kerasnya hantaman batu besar, tak lama kemudian Habil
menghembuskan napas terakhir. Peristiwa ini merupakan pembunuhan yang pertama
kali dilakukan manusia di bumi ini.
Belajar dari
Burung Gagak
Bingung.
Demikian, yang dialami Qabil setelah membunuh sang adik. Tak tahu apa yang
harus dilakukan. Mayat Habil lama tergeletak. Sampai-sampai, mengeluarkan bau
busuk. Qabil hanya bisa mondar-mandir. Beberapa lama kemudian, datanglah dua
ekor burung gagak. Kedua burung ini berkelahi. Salah satunya, kemudian mati.
Lalu, si pemenang menggali tanah dengan cakarnya. Setelah cukup, bangkai burung
gagak itu dimasukkan. Bangkai burung gagak itu dikuburkan ke dalam lubang.
Melihat kejadian itu, Qabil termenung. Ia baru menyadari kedunguannya.
"Bodoh
sekali aku ini! Masa aku kalah pintar sama burung gagak itu," gerutunya.
Burung gagak
telah mengajari Qabil. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh Qabil. Sebuah
lubang digali. Setelah cukup dalam, ia memasukkan mayat Habil ke dalamnya.
Beberapa hari
kemudian, Adam pulang. Ia ingin segera bertemu dengan keluarganya. Terbayang
keluarganya hidup rukun. Tak ada perselisihan. Sampai di rumah, Adam
beristirahat sejenak. Anggota keluarga berkumpul di dekatnya. Usai melepas
lelah, Adam menanyakan perihal Habil. Dari tadi Habil tak kelihatan.
"Dimana Habil?" tanyanya.
"Saya
tidak tahu."
"Kamu yang
diberi amanat untuk menjaga semua anggota keluarga, kan? Ke mana Habil?"
"Saya
tidak tahu. Saya nggak mungkin menjaga Habil setiap saat." jawab Qabil
ketus.
Pasti telah
terjadi sesuatu, pikir Adam. Tapi, ke mana gerangan harus mencari Habil?
Akhirnya, Adam pun tahu. Habil telah dibunuh. Pelakunya siapa lagi kalau bukan
Qabil. Adam sangat berduka. Terbayang bagaimana Habil dianiaya. Tega nian sang
kakak. Disuruh menjaga, malah membunuh. Gara-gara dengki, hubungan keluarga
jadi rusak. Seorang kakak bahkan tega membunuh adik kandungnya sendiri. Sungguh
menyedihkan. Setan telah memanfaatkan kesempatan. Adam hanya berserah diri
kepada Allah. Semua ia terima sebagai kehendak-Nya. Kepedihan ia hadapi dengan
kesabaran. Bahkan, ia tetap memohonkan ampunan untuk anaknya, Qabil.
Nabi Adam Wafat
Nabi Adam terus
berdakwah di kalangan anak cucunya, mengajak mereka mengamalkan ajaran Allah
untuk menyembah-Nya, berbuat baik kepada sesama, jujur, dan saling menolong.
Dalam riwayat, Nabi Adam wafat dalam usia seribu tahun setelah sebelumnya menderita
sakit selama 11 hari. Setahun kemudian Hawa meninggal. Sebagian riwayat
menyatakan Nabi Adam dimakamkan di kota Mekah dan Hawa dimakamkan di kota
Jedah.
Demikianlah
uraian tentang Kisah Nabi Adam AS: Tercipta hingga Wafat, semoga bermanfaat.Sebelumnya
0 komentar:
Post a Comment