Akhir-akhir ini sering kali kita dengar ucapan orang, entah itu
orang Islam ataupun orang Non-Islam (Kafir), mereka selalu
mendengung-dengungkan “Islam itu kan agama yang cinta Damai”, “Islam itu kan
pemaaf”, “Islam itu agama rahmatan lil ‘alamin”, kemudian orang-orang seperti
ini selanjutnya bilang, “Kalo kita umat islam dizholimin, yaudah lebih baik
kita bersabar”, “Kalo orang salah minta maaf yaudh dimaafin”.
Ringkasan omongan diatas jika dilihat dari kacamata awam
seakan-akan benar, memang Islam Agama Rahmatan ‘Alamin yang pemaaf dan cinta
damai. Tapi pernahkah kita sebagai umat Islam mencoba untuk belajar tentang
Islam yang lebih jauh dan lebih dalam. Pernahkan anda sebagai umat Islam
mendengar Firman Allah ini,
الشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمَاتُ قِصَاصٌ
فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى
عَلَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang
patut dihormati, berlaku hukum kisas. Oleh sebab itu barang siapa yang
menyerang kalian, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadap
kalian. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta
orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah : 194)
Kemudian firman Allah,
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ
وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah
dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian.
Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang sabar. (An-Nahl: 126)
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ
فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang
serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka
pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai
orang-orang yang lalim. (Asy-Syuro: 40)
Coba pahami ketiga firman Allah tersebut, Allah
menjelaskan bahkan membolehkan kita untuk melawan dan membalas tatkala kita
sebagai umat Islam dizholimi, dihina dan dicaci maki. Hal ini sebagaimana
dijelaskan Al-Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya,
“Kejahatan orang yang pertama merupakan perbuatan zalim,
dan balasan kejahatan yang setimpal dari orang kedua (dizalimi) merupakan
ganjaran bagi orang pertama, sebab hal ini merupakan balasan perbuatan zalim
atas orang zalim tersebut.”
Lebih lanjut Al-Imam Al-Qurthubi menjelaskan,
“Barangsiapa yang menzalimimu maka ambillah hakmu yang
dizalimi tersebut, barang siapa yang mencacimu, maka cacilah ia sesuai dengan
cacian yang setimpal, barang siapa yang mempermalukanmu maka permalukan dia,
dan janganlah kamu melebihi itu seperti mempermalukan kedua orang tuanya,
anaknya atau kerabatnya yang lain.” (Tafsir Al-Qurthubi jilid 2 hal 360
terbitan Daar Al-Shaab Kairo)
Memang di ayat tersebut kita ketemui ada kata
bahwasanya memaafkan dan bersabar itu lebih baik. Memang betul, tapi disini
kita liat konteksnya pada ayat lain, yang mana Allah Berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ
دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara
kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap
lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (Al-Maidah : 54)
Ayat ini mengkhususkan ayat yang diatas, ketika ada
orang Islam yang menghina mencela kita, maka memaafkan mereka lebih baik dan
bersabar atas kezaliman mereka adalah lebih utama dan boleh membalasnya, karena
mereka adalah saudara kita. Adapun jika yang berbuat zalim kepada kita,
menghina kita, mencela kita itu datang dari orang kafir. Maka kita lebih baik
untuk membalasnya dan boleh memaafkannya. Dan membalas orang-orang seperti itu
bukanlah dosa di pandangan Allah,
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ
سَبِيلٍ
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah
teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka. (Asy-Syuro : 41)
Mungkin nanti setelah kami menerangkan hal seperti ini,
pasti ada umat Islam yang cerdas. Kemudian dia berkomentar, bukankah Rasulullah
pernah dicaci dan dihina oleh orang kafir yahudi yang buta matanya, yang setiap
hari dicaci tapi Rasulullah tetap memberinya makan dengan menyuapinya hingga
beliau wafat.
Orang yang berpikir seperti diatas cerdas tapi tidak
begitu cerdas, mungkin dia tidak pernah mendengar kisah Ubay bin Khalaf,
seorang kafir yang selalu menghina dan menantang Rasulullah yang kemudian
beliau bunuh dalam medan peperangan. Dua kisah ini akan kami bahas dalam
artikel kami selanjutnya Insya Allah.
Kisah pertama Rasulullah tidak membalas, karena yang
dihina dan dicaci si yahudi buta itu adalah diri pribadi Rasulullah, dan tidak
merugikan Islam sedikit pun. Dan Allah memerintahkan Rasulullah secara khusus
Nabi dalam Firmannya,
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلا بِاللَّهِ وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ
وَلا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka
tipu dayakan. (An-Nahl : 126)
Ketika An-Naml 125, Allah menyebut boleh membalas dalam
bentuk jamak (kalian). Dalam ayat An-Nahl Allah menyebut tunggal (kamu
muhammad). Yang maksudnya disitu kesabaran itu paling utama untuk Rasulullah.
Yaitu kesebaran tatkala dirinya dihina dan dicaci..
Adapun kisah kedua, tatkala ubay bin khalaf menghina
dan menantang Rasulullah, maka Rasulullah membunuhnya dalam peperangan.
Mengapa, karena ubay adalah salah seorang pemimpin kaum Quraisy, jika ia
menantang dan ia menghina, maka ini mengancam keselamatan Rasulullah, jika
andaikata Rasulullah tak melawan, dan membiarkan ubay membunuhnya, maka
tamatlah sudah dakwah Islam yang dibawa Rasulullah.
Jadi kesimpulannya, orang buta tak dibalas, karena si
buta ini tak memiliki pengaruh apa-apa terhadap Islam. Sedangkan si ubay
dilawan, karena membahayakan dan menghina Islam
0 komentar:
Post a Comment