Home » , , » Terkadang Membalas itu Lebih Utama daripada Kesabaran

Terkadang Membalas itu Lebih Utama daripada Kesabaran

Akhir-akhir ini sering kali kita dengar ucapan orang, entah itu orang Islam ataupun orang Non-Islam (Kafir), mereka selalu mendengung-dengungkan “Islam itu kan agama yang cinta Damai”, “Islam itu kan pemaaf”, “Islam itu agama rahmatan lil ‘alamin”, kemudian orang-orang seperti ini selanjutnya bilang, “Kalo kita umat islam dizholimin, yaudah lebih baik kita bersabar”, “Kalo orang salah minta maaf yaudh dimaafin”.
Ringkasan omongan diatas jika dilihat dari kacamata awam seakan-akan benar, memang Islam Agama Rahmatan ‘Alamin yang pemaaf dan cinta damai. Tapi pernahkah kita sebagai umat Islam mencoba untuk belajar tentang Islam yang lebih jauh dan lebih dalam. Pernahkan anda sebagai umat Islam mendengar Firman Allah ini,
الشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمَاتُ قِصَاصٌ فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum kisas. Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kalian, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadap kalian. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah : 194)
Kemudian firman Allah,
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (An-Nahl: 126)
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim. (Asy-Syuro: 40)
Coba pahami ketiga firman Allah tersebut, Allah menjelaskan bahkan membolehkan kita untuk melawan dan membalas tatkala kita sebagai umat Islam dizholimi, dihina dan dicaci maki. Hal ini sebagaimana dijelaskan Al-Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya,
“Kejahatan orang yang pertama merupakan perbuatan zalim, dan balasan kejahatan yang setimpal dari orang kedua (dizalimi) merupakan ganjaran bagi orang pertama, sebab hal ini merupakan balasan perbuatan zalim atas orang zalim tersebut.”
Lebih lanjut Al-Imam Al-Qurthubi menjelaskan,
“Barangsiapa yang menzalimimu maka ambillah hakmu yang dizalimi tersebut, barang siapa yang mencacimu, maka cacilah ia sesuai dengan cacian yang setimpal, barang siapa yang mempermalukanmu maka permalukan dia, dan janganlah kamu melebihi itu seperti mempermalukan kedua orang tuanya, anaknya atau kerabatnya yang lain.” (Tafsir Al-Qurthubi jilid 2 hal 360 terbitan Daar Al-Shaab Kairo)
Memang di ayat tersebut kita ketemui ada kata bahwasanya memaafkan dan bersabar itu lebih baik. Memang betul, tapi disini kita liat konteksnya pada ayat lain, yang mana Allah Berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al-Maidah : 54)
Ayat ini mengkhususkan ayat yang diatas, ketika ada orang Islam yang menghina mencela kita, maka memaafkan mereka lebih baik dan bersabar atas kezaliman mereka adalah lebih utama dan boleh membalasnya, karena mereka adalah saudara kita. Adapun jika yang berbuat zalim kepada kita, menghina kita, mencela kita itu datang dari orang kafir. Maka kita lebih baik untuk membalasnya dan boleh memaafkannya. Dan membalas orang-orang seperti itu bukanlah dosa di pandangan Allah,
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosa pun atas mereka. (Asy-Syuro : 41)
Mungkin nanti setelah kami menerangkan hal seperti ini, pasti ada umat Islam yang cerdas. Kemudian dia berkomentar, bukankah Rasulullah pernah dicaci dan dihina oleh orang kafir yahudi yang buta matanya, yang setiap hari dicaci tapi Rasulullah tetap memberinya makan dengan menyuapinya hingga beliau wafat.
Orang yang berpikir seperti diatas cerdas tapi tidak begitu cerdas, mungkin dia tidak pernah mendengar kisah Ubay bin Khalaf, seorang kafir yang selalu menghina dan menantang Rasulullah yang kemudian beliau bunuh dalam medan peperangan. Dua kisah ini akan kami bahas dalam artikel kami selanjutnya Insya Allah.
Kisah pertama Rasulullah tidak membalas, karena yang dihina dan dicaci si yahudi buta itu adalah diri pribadi Rasulullah, dan tidak merugikan Islam sedikit pun. Dan Allah memerintahkan Rasulullah secara khusus Nabi dalam Firmannya,
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلا بِاللَّهِ وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (An-Nahl : 126)
Ketika An-Naml 125, Allah menyebut boleh membalas dalam bentuk jamak (kalian). Dalam ayat An-Nahl Allah menyebut tunggal (kamu muhammad). Yang maksudnya disitu kesabaran itu paling utama untuk Rasulullah. Yaitu kesebaran tatkala dirinya dihina dan dicaci..
Adapun kisah kedua, tatkala ubay bin khalaf menghina dan menantang Rasulullah, maka Rasulullah membunuhnya dalam peperangan. Mengapa, karena ubay adalah salah seorang pemimpin kaum Quraisy, jika ia menantang dan ia menghina, maka ini mengancam keselamatan Rasulullah, jika andaikata Rasulullah tak melawan, dan membiarkan ubay membunuhnya, maka tamatlah sudah dakwah Islam yang dibawa Rasulullah.

Jadi kesimpulannya, orang buta tak dibalas, karena si buta ini tak memiliki pengaruh apa-apa terhadap Islam. Sedangkan si ubay dilawan, karena membahayakan dan menghina Islam

0 komentar:

Post a Comment