Home » , » Perbuatan Harus Disertai Niatnya

Perbuatan Harus Disertai Niatnya

Syarah Umdatul Ahkam – Hadits Ke-1
Niat

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: "إَنَّمَا الْأَعْمَالُ بَالنِّيَّاتِ - وَفِيْ رِوَايَةٍ: بِالنِّيَّةِ - وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إَلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إَلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ"
Dari Umar bin Al-Khattab –semoga Allah meridhainya- menuturkan bahwa aku mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Sessungguhnya amal-amal perbuatan itu tergantung dengan niatnya. –dalam riwayat lain- “dengan niatnya”- setiap orang hanyalah akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, pahalanya adalah hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka pahalanya sesuai dengan niatnya.”
(Diriwayatkan Imam Bukhari)

Syarah Hadits
Sebelum memulai segala pembahasan tentang Ibadah kepada Allah, maka yang pertama-tama haruslah diawali dengan Niat, dan hadits salah satu hadits yang menerangkan tentang Niat adalah hadits ini. Insya Allah kami Akan mencoba memaparkan, apa-apa saja yang terkandung dalam hadits di atas.
Kalimat (إَنَّمَا) dalam ilmu Balaghoh disebut dengan al-hashr (pembatasan), yang berarti sesungguhnya hanyalah. Seperti perkataan seorang pujangga, إِنَّمَا حُبِّيْ لّكِ (sesungguhnya cintaku hanyalah untukmu).
Adapun kalimat (إَنَّمَا الْأَعْمَالُ بَالنِّيَّاتِ) adalah berupa kalimat al-hashr (pembatasan), yang bermakna “tiadalah suatu amal melainkan hanya dengan niat”, karena tidak suatu pekerjaan disebut ‘amal jika tanpa niat.
Dalam redaksi selanjutnya (وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى) yang berarti bahwa “tiadalah setiap orang melainkan hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan”, setiap perbuatan yang kita lakukan, jika disertai dengan niat semata-mata untuk mendapatkan pahala dari Allah, maka perbuatan itu akan bernilai ibadah. Seperti ketika seseorang ingin makan, dimana tatkala akan makan, ia meniatkan agar dengan makanan tersebut ia akan memiliki energi untuk melakukan ibadah kepada Allah, maka makan tersebut akan bernilai ibadah juga. Beda halnya ketika suatu ibadah, sholat misalnya, ada seseorang sholat dengan niat berharap diliat mertua, agar dianggap orang baik, maka orang sholat yang seperti ini tidak akan mendapatkan pahala, meskipun yang ia lakukan adalah suatu ibadah. Oleh karena itu, dari hal ini para orang-orang shaleh membuat suatu konsep yang berbunyi,
صِحَّةُ الْعَمَلِ بِالنِّيَّةِ وَفَسَدُ الْعَمَلِ بِالنِّيَّةِ
Baiknya suatu amal karena niatnya, dan buruknya suatu amal juga karena niatnya.
Adapun kalimat (فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ) hingga ke akhir hadits, ini adalah penjelasan dari perkataan Rasulullah ¬shallallahu ‘alaihi wassalam, yaitu tatkala pada saat terjadinya hijrah -hijrah dalam Islam ada 5-, adapun hijrah yang dimaksud dalam hadits ini adalah saat hijrahnya umat Islam dari kota makkah ke madinah, ada seorang yang berhijrah bukan karena ingin menjalankan perintah Allah dan mengikuti Rasulullah, akan tetapi orang ini berhijrah dengan maksud untuk menikahi seorang wanita yang bernama ummu qais, sehingga nantinya orang tersebut dijuluki dengan nama muhajir ummu qais. Adapun, bagi para sahabat yang berhijrah dengan Niat menyelamatkan keimanannya, agar dapat menjalankan perintah Allah serta mengikuti Rasulullah, maka pahalanya berada di sisi Allah, dan pahalanya dapat langsung dinikmati di dunia atau di akhirat kelak, atau akan ia rasakan di dunia dan akhirat.

Niat (النِّيَّةِ)
Niat secara bahasa memiliki arti, maksud yang dituju didalamnya, atau pekerjaan yang diinginkan, atau mengarahkan jiwa sesuai dengan perbuatan.
Adapun niat secara istilah, para ulama memiliki pengertian yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksud dengan niat, yaitu :
1. Madzhab Hanafi
قَصْدُ الطَّاعَةِ وَالتَّقَرُّبِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى فِي إِيجَابِ الْفِعْل
Bermaksud untuk (melakukan) ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah dalam perbuatan yang diwajibkan (ataupun dilarang).
2. Madzhab Maliki
قَصْدُ الإِنْسَانِ بِقَلْبِهِ مَا يُرِيدُهُ بِفِعْلِهِ
Kemauan manusia dalam hatinya untuk melakukan sesuatu yang diinginkan.
3. Madzhab Syafi’i
قَصْدُ الشَّيْءِ مُقْتَرِنًا بِفِعْلِهِ
Maksud (hati) akan sesuatu bersamaan dengan perbuatannya.
4. Madzhab Hambali
عَزْمُ الْقَلْبِ عَلَى فِعْل الْعِبَادَةِ تَقَرُّبًا إِلَى اللَّهِ تَعَالَى
Tekad hati atas suatu perbuatan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Hijrah (اَلْهِجْرَةُ)
Secara bahasa hijrah memiliki arti perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain.
Adapun hijrah dalam Islam itu ada 5, yaitu :
1. Hijrah para sahabat dari kota makkah ke negeri habasyah (ethiopia) sekarang, karena mendapat gangguan dari orang-orang kafir makkah.
2. Hijrah Rasulullah dan para sahabatnya dari kota makkah ke kota madinah, dan inilah momentum hijrah yang menjadi kebangkitan Islam.
3. Hijrah para kabilah-kabilah (suku-suku) di madinah dan sekitarnya, dengan mendatangi Rasulullah untuk mempelajari Islam, kemudian mengajarkan kepada kaumnya masing-masing.
4. Hijrah para penduduk makkah (yang masih dalam kekufuran) dengan mendatangi Rasulullah di madinah, kemudian menyatakan keimanannya setelah itu mereka kembali lagi ke makkah.


5. Hijrah dengan meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah.

0 komentar:

Post a Comment